Sabtu, 22 Oktober 2011
Keindahan Laut Raja Ampat
Sejumlah turis tampak asyik bersantap dan mengobrol santai sambil memandang lepas ke arah laut yang didominasi warna biru, hijau, dan putih. Warna-warna itu muncul karena pengaruh dari hamparan terumbu karang di dasar laut yang dangkal maupun dalam. Mereka sedang menikmati makan siang di Papua Diving Resort, perairan f Irian Jaya Barat.
Teriknya matahari dan cerahnya udara justru membuat gemas para tamu untuk kembali menyelam dan menyelam. Cahaya matahari kerap menembus celah-celah gelombang laut sampai ke karang. Keelokan pemandangan dan biota lautnya memang membuat kesan mendalam bagi para wisatawan. Bagi pencinta wisata pesisir dan bawah air yang fanatik, Raja Ampat sangat dikenal bahkan dinilai terbaik di dunia untuk kualitas terumbu karangnya.
Banyak fotografer bawah laut internasional mengabadikan pesona laut Raja Ampat. Bahkan ada yang datang berulang kali dan membuat buku khusus tentang keindahan terumbu karang dan biota laut kawasan ini. Pertengahan 2006 lalu, tim khusus dari majalah petualangan ilmiah terkemuka dunia, National Geographic, membuat liputan di Raja Ampat yang akan menjadi laporan utama pada 2007.
Sebanyak 610 Pulau
Raja Ampat adalah pecahan Kabupaten Sorong, sejak 2003. Kabupaten berpenduduk 31.000 jiwa ini memiliki 610 pulau (hanya 35 pulau yang dihuni) dengan luas wilayah sekitar 46.000 km2, namun hanya 6.000 km2 berupa daratan, 40.000 km2 lagi lautan. Pulau-pulau yang belum terjamah dan lautnya yang masih asri membuat wisatawan langsung terpikat. Mereka seakan ingin menjelajahi seluruh perairan di “Kepala Burung” Pulau Papua.
Wilayah ini sempat menjadi incaran para pemburu ikan karang dengan cara mengebom dan menebar racun sianida. Namun, masih banyak penduduk yang berupaya melindungi kawasan itu sehingga kekayaan lautnya bisa diselamatkan. Terumbu karang di laut Raja Ampat dinilai terlengkap di dunia. Dari 537 jenis karang dunia, 75 persennya berada di perairan ini. Ditemukan pula 1.104 jenis ikan, 669 jenis moluska (hewan lunak), dan 537 jenis hewan karang. Luar biasa.
Bank Dunia bekerja sama dengan lembaga lingkungan global menetapkan Raja Ampat sebagai salah satu wilayah di Indonesia Timur yang mendapat bantuan Coral Reef Rehabilitation and Management Program (Coremap) II, sejak 2005. Di Raja Ampat, program ini mencakup 17 kampung dan melibatkan penduduk lokal. Nelayan juga dilatih membudidayakan ikan kerapu dan rumput laut.
Eksotis
Papua Diving, satu-satunya resor eksotis yang menawarkan wisata bawah laut di kawasan itu, didatangi turis-turis penggemar selam yang betah selama berhari-hari bahkan hingga sebulan penuh mengarungi lekuk-lekuk dasar laut. Mereka seakan tak ingin kembali ke negeri masing-masing karena sudah mendapatkan “pulau surga yang tak ada duanya di bumi ini”.
Pengelolanya tak gampang mempersiapkan tempat bagi wisatawan. Maximillian J Ammer, warga negara Belanda pemilik Papua Diving Resort yang juga pionir penggerak wisata laut kawasan ini, harus mati-matian menyiapkan berbagai fasilitas untuk menarik turis dari mancanegara. Sejak memulai usahanya delapan tahun lalu, banyak dana harus dikeluarkan. Namun, hasilnya juga memuaskan. Setiap tahun resor ini dikunjungi minimal 600 turis spesial yang menghabiskan waktu rata-rata dua pekan.
Penginapan sangat sederhana yang hanya berdinding serta beratap anyaman daun kelapa itu bertarif minimal 75 euro atau Rp 900.000 semalam. Jika ingin menyelam harus membayar 30 euro atau sekitar Rp 360.000 sekali menyelam pada satu lokasi tertentu. Kebanyakan wisatawan datang dari Eropa. Hanya beberapa wisatawan asal Indonesia yang menginap dan menyelam di sana.
“Turis menyelam hampir setiap hari karena lokasi penyelaman sangat luas dan beragam. Keindahan terumbu karangnya memang bervariasi sehingga banyak pilihan dan mengundang penasaran. Ada turis yang sudah berusia 80 tahun masih kuat menyelam,” tutur Max Ammer yang beristrikan perempuan Manado.
Tiga tahun lalu, Papua Diving membangun penginapan modern tak jauh dari lokasi pertama. Ternyata, penginapan yang dibangun dengan mengandalkan bahan bangunan lokal ini hampir selalu penuh dipesan. Padahal tarifnya mencapai 225 euro atau sekitar Rp 2,7 juta per malam. Di lokasi yang baru, dilengkapi peralatan modern, termasuk fasilitas telepon internasional dan internet.
Turis ke Raja Ampat hanya ingin ke Papua Diving di Pulau Mansuar karena fasilitas dan pelayannya sudah berstandar internasional, juga makanannya. Mereka mendarat di Bandara Domne Eduard Osok, Sorong, langsung menuju lokasi dengan kapal cepat berkapasitas sekitar 10 orang yang tarifnya Rp 3,2 juta sekali jalan. Perlu waktu sekitar 3-4 jam untuk mencapai Mansuar.
Seperti pulau lainnya, Mansuar tampak asri karena hutannya masih terjaga dan air lautnya pun bersih sehingga biota laut yang tidak jauh dari permukaan bisa terlihat jelas. Turis cukup berenang atau ber-snorkelling untuk melihat keindahan laut, sedangkan jika ingin mengamati langsung kecantikan biota laut di kedalaman, mereka harus menyelam.
Merasa Aman
Warga lokal dilibatkan dalam pembangunan dan pengelolaan resor, bahkan 90 dari 100 karyawannya adalah warga Papua. Penduduk juga memasok ikan, sayur-mayur, buah-buahan, dan lainnya. Salah satu paket wisatanya mengunjungi perkampungan untuk melihat tanaman dan hewan khas setempat, termasuk burung Cendrawasih. Banyak wisatawan yang menjadi donatur pembangunan gereja dan pendidikan anak-anak sekitar Man- suar.
Max Ammer mempunyai komitmen untuk meningkatkan ekonomi dan keterampilan warga setempat. Mereka ada yang dilatih berbahasa asing dan menggunakan peralatan selam. Wisatawan pun merasa aman di kala siang maupun malam saat menikmati terik dan tenggelamnya matahari maupun saat berenang dan menyelam di laut yang sangat dalam.
Selain kelautan dan perikanan, Raja Ampat memiliki kekayaan sumber daya alam, antara lain minyak bumi dan nikel. Di dasar lautnya juga banyak terdapat kapal-kapal karam bekas Perang Dunia II yang diperkirakan memuat “harta karun” bernilai tinggi. Namun, jika salah kelola, kegiatan eksploitasi semua itu dikhawatirkan mengancam kelestarian dan keindahan alam lautnya.
Asal mula lagu Indonesia Raya dan Maknanya
Lagu ‘Indonesia Raya’ asal mulanya lagu perjuangan yang kemudian diangkat menjadi lagu kebangsaan dan disebut pula sebagai musik fungsional. Fungsi bersifat upacara lebih ditonjolkan dari pada nilai estetisnya, dimaksudkan secara seremonial tidak selalu harus memenuhi persyaratan teknik komposisi musik yang sempurna seperti karya musik simponi. Menurut akhli ilmu jiwa massa mengatakan bagaimanapun lemahnya lagu kebangsaan ditinjau dari komposisi musik tetapi daya tariknya mampu membangkitkan semangat terutama makna yang terkandung dalam syair lagu itu. Dalam konteks sejarah, perubahan dan perkembangannya dari judul penulisan ini adanya upaya melihat sejarah Indonesia dari sudut pandang orang Indonesia dengan menekankan dinamika masyarakat, sehingga Indonesia bukanlah hanya ajang dari permainan kekuatan luar semata-mata, yaitu dikotomi dari oposisi antara terjajah dan penjajah sebagai pusat perhatian. Dalam hal ini sejarah mempunyai peranan yang penting, karena dengan melihat kemasa lalu akan dapat membangun masa depan yang lebih baik. Namun pada kenyataannya Indonesia dari masa kemerdekaannya hingga reformasi selalu terjadi konflik sosial. Suasana politik rezim di era kepemimpinan yang berubah-ubah adalah akibat warisan kolonialisme masih mempengaruhi kebebasan demokrasi kita yang belum sepenuhnya padam. Tulisan ini berusaha melakukan dekonstruksi dan rekonstruksi perlawanan kolonisasi, sejalan dengan perubahan fungsi lagu “Indonesia Raya’ dari masa penjajahan hingga kemerdekaan. Pendapat teori perubahan sosial yang dikemukakan oleh Robert E. Park dengan mengikuti pandangan Spencer dan Durkheim, bahwa perubahan sosial yang terjadi dalam kesenian juga akibat adanya perubahan dari masyarakatnya sesuai dengan kondisi saat itu. Dalam hal ini terjadinya perubahan pada lagu ‘Indonesia’ disesuaikan dengan konteks perkembangannya dibentuk oleh panitia lagu kebangsaan ‘Indonesia Raya’ menjelang detik-detik proklamasi kemerdekaan sebagai simbol perlawanan sekaligus sarana upacara.
Ditengah terpuruk dan upaya untuk bangkit lagi, bangsa ini tidak akan pernah lupa dengan peringatan sekaligus perayaan tahunan hari kemerdekaannya. Salah satu ritual yang tidak boleh diabaikan adalah menyanyikan lagu ‘Indonesia Raya’ sebagai kesepakatan dibawah semangat Nasionalisme yang telah ditetapkan sebagai lagu Nasional. Terlepas dari apa makna lagu tersebut bagi anak bangsa saat ini, lagu tersebut menjadi saksi sejarah serta ikut melakukan dan membuktikan perjuangan kedaulatan negara tercinta ini dari masa kemasa hingga pergantian generasi. Tentu tidak terlalu penting apakah perjuangan mau dipahami sebagai sebuah spirit fisik-non fisik, karena pada kenyataannya banyak efek penguatan mental dari hasil impresi konseptual seniman musik. Timbulnya semangat, cinta, ketaatan, kesetiaan terhadap bangsa dan negara dalam berbagai bentuk hanya sebagian dari maksud penciptaan karya ini. Akhirnya penulisan sejarah sangat tergantung kepada kondisi obyektif, berupa tersedianya sumber dan kondisi subyektif. Dimaksudkan dari uraian mengenai model yang kiranya jelas, untuk meningkatkan pengetahuan sejarah dalam menentukan strategi yang tepat sesuai kondisi obyektif dan subyektif, serta tujuan dari penulisannya. Sejak awal penelitian lagu ‘Indonesia Raya’ telah dilakukan sejumlah pengumpulan data-data kualitatif, hingga penulisan ini berhasil dihimpun dari buku-buku sejarah, majalah, brosur, makalah seminar, pidato ilmiah, jurnal dan sumber-sumbar lain. Dalam menganalisis data kualitatif yang diperlukan adalah melakukan seleksi data sesuai kebutuhan. Kemudian dilakukan eksplanasi secara kritis terhadap imformasi yang berhasil dikumpulkan melalui sumber tertulis yang dapat dipercaya. Setelah selesai maka dilakukan penulisan secara bertahap dimulai gerakan Budi Utomo dan sumpah pemuda, masa pendudukan Jepang dan revolusi Indonesia, dimasa kemerdekaan, analisis ini dibahas agar menjadi pengetahuan yang bermanfaat.
Ditengah terpuruk dan upaya untuk bangkit lagi, bangsa ini tidak akan pernah lupa dengan peringatan sekaligus perayaan tahunan hari kemerdekaannya. Salah satu ritual yang tidak boleh diabaikan adalah menyanyikan lagu ‘Indonesia Raya’ sebagai kesepakatan dibawah semangat Nasionalisme yang telah ditetapkan sebagai lagu Nasional. Terlepas dari apa makna lagu tersebut bagi anak bangsa saat ini, lagu tersebut menjadi saksi sejarah serta ikut melakukan dan membuktikan perjuangan kedaulatan negara tercinta ini dari masa kemasa hingga pergantian generasi. Tentu tidak terlalu penting apakah perjuangan mau dipahami sebagai sebuah spirit fisik-non fisik, karena pada kenyataannya banyak efek penguatan mental dari hasil impresi konseptual seniman musik. Timbulnya semangat, cinta, ketaatan, kesetiaan terhadap bangsa dan negara dalam berbagai bentuk hanya sebagian dari maksud penciptaan karya ini. Akhirnya penulisan sejarah sangat tergantung kepada kondisi obyektif, berupa tersedianya sumber dan kondisi subyektif. Dimaksudkan dari uraian mengenai model yang kiranya jelas, untuk meningkatkan pengetahuan sejarah dalam menentukan strategi yang tepat sesuai kondisi obyektif dan subyektif, serta tujuan dari penulisannya. Sejak awal penelitian lagu ‘Indonesia Raya’ telah dilakukan sejumlah pengumpulan data-data kualitatif, hingga penulisan ini berhasil dihimpun dari buku-buku sejarah, majalah, brosur, makalah seminar, pidato ilmiah, jurnal dan sumber-sumbar lain. Dalam menganalisis data kualitatif yang diperlukan adalah melakukan seleksi data sesuai kebutuhan. Kemudian dilakukan eksplanasi secara kritis terhadap imformasi yang berhasil dikumpulkan melalui sumber tertulis yang dapat dipercaya. Setelah selesai maka dilakukan penulisan secara bertahap dimulai gerakan Budi Utomo dan sumpah pemuda, masa pendudukan Jepang dan revolusi Indonesia, dimasa kemerdekaan, analisis ini dibahas agar menjadi pengetahuan yang bermanfaat.
Langganan:
Postingan (Atom)